Label

Sabtu, 12 Juli 2014

Makanan Daerah Cerminkan Kebudayaan Daerah



(Rahma Nur Auliasari)
Di setiap daerah tentunya memiliki kebudayaan, ciri khas, dan maskot  masing-masing. Semua itu muncul diakibatkan oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi munculnya suatu kebudayaan tersebut. Lomba perahu bidar adalah salah satu contohnya. Perlombaan ini muncul karena di latar belakangi oleh faktor lingkungan dimana memanfaatkan sungai musi sebagai wahannya.
Musi banyuasin. Musi banyuasin adalah salah satu kabupaten di Sumatera Selatan. Letaknya di propinsi Sumatera Selatan memberikan begitu banyak keuntungan. Kabupaten Musi banyuasin atau yang lebih dikenal Muba dengan ibukota Sekayu berjarak sekitar 126 KM dari kota Palembang menuju arah Provinsi Jambi. Kota Sekayu adalah kota yang dialiri oleh sungai Musi. Derasnya aliran air sungai Musi tak menyurutkan semangat masyarakat untuk menjadikan sungai Musi sebagai sarana tempat mereka mencari mata pencarian. Sungai Musi telah lama menopang kehidupan masyarakat kota Sekayu, terkhususnya masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai Musi.
Bagi masyarakat, sungai Musi merupakan suatu anugerah. Disaat musim hujan tiba, air sungai Musi akan meluap turun kejalan raya, namun hal itu bukanlah suatu bencana bahkan disaat-saat seperti itu adalah waktu dimana telur-telur ikan yang berada didalam sungai semakin cepat berkembang menjadi ikan-ikan. Pada musim hujan pula, masyarakat sekitar kota Sekayu beramai-ramai menangkap ikan yang sering disebut iwak mudik dengan berbagai macam cara seperti menangkul, memancing, memakai corong, dan memakai jala maupun jaring. Tak jarang masyarakat mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Hasil tangkapan ikan yang melimpah tersebut sempat membuat warga kebingungan untuk mengolahnya. Sampai suatu ketika, mereka menciptakan berbagai macam makanan yang bahan utamanya adalah ikan.
Bagi tamu daerah yang pertama kali datang ke kota Sekayu mereka mencari makanan khas Sekayu yaitu brengkes dan pindang. Dari makan-makan tersebut memakai bahan utamanya yakni ikan (patin, baung, nila, seluang). Seperti namanya yang asing di telinga yakni brengkes. Brengkes adalah ikan yang dimasak dengan lumuran daging buah durian yang di fermentasi (tempoyak) yang diberi bumbu lalu dibungkus dengan menggunakan  daun pisang dan dimasak dengan cara di kukus. Kesan gurih membuat seseorang yang memakannya ketagihan.
Dewasa ini ada makanan khas Sekayu yang bermunculan contohnya pedeh. Sama seperti yang lainnya, pedeh adalah makanan yang bahan utamanya yakni ikan. Cara membuatnya pun terkesan unik. Ikan yang menjadi bahan utamanya akan diolah dengan cara dibusukan. Setelah itu adonan ikan yang telah dibusukan lalu dicampur dengan bumbu-bumbu yang lainnya. Dan terakhir siap dimakan bersama dengan nasi kering yang dicampurkan ke dalamnya. Memang, cara yang digunakan terkesan menjijikan tetapi seandainya dipikir-pikir justru inilah yang disebut dengan kebudayaan. Bisa dibilang masyarakat kota Sekayu telah terbiasa untuk mengkonsumsi makanan yang dirasa telah mendarah daging dengan lidahnya. Namun, walaupun begitu mereka harus memperhatikan nutrisi yang masih terkandung didalamnya. Kebanyakan pedeh disukai oleh masyarakat Sekayu asli dibandingkan oleh masyarakat Sekayu pendatang.
Adapun makanan lainnya yang berasal dari daerah sekayu yakni lempok durian. Lempok durian atau dodol durian pada umumnya adalah makanan yang berbahan utamanya buah durian. Cara membuatnya pun sangatlah mudah. Buah durian yang masak akan diambil daging buahnya lalu di campurkan dengan gula dan garam yang kemudian akan dimasak dengan cara diaduk diatas kompor. Setelah mengental lempok durian siap di nikmati.
Berbicara mengenai makanan khas Sekayu, makanan khas Sekayu dirasa tidak memiliki kekhususan oleh karena daerah Sekayu berada di peraiaran sungai Musi yang kebudayaannya saling mempengaruhi antara satu daerah dengan daerah lain seperti kabupaten Ogan Ilir, kabupaten Musi Rawas, kabupaten Muara Enim dan lain-lain.  Jadi, kita tidak bisa mengatakan bahwa pindang, brengkes, salai, pedeh, lempok durian dan lain-lain adalah makanan khas dari daerah Sekayu. Karena didaerah lain pun mengatakan bahwa mereka mempunyai makanan khas yang sama yakni pindang, brengkes, salai, pedeh, lempok durian dan lain-lain hanya saja penyebutan namanya berbeda.
Namun, yang membedakan antara makanan dari daerah Sekayu dan daerah lain yakni komposisi dan jenis bumbu yang digunakan sebagai campuran makanan tersebut. Sebagai contohnya yakni pindang. Pindang merupakan makanan yang bahan utamanya adalah  ikan yang dimasak dengan dicampur tumisan rempah-rempah seperti bawang merah, kunyit, serai, laos dan air yang berfungsi sebagai kuahnya. Di daerah Sekayu pindang di masak dengan menggunakan bahan seperti biasanya namun memakai campuran lain seperti cungdiro dan terasi. Berbeda dengan daerah Sekayu, kabupaten Ogan Ilir atau yang lebih dikenal pindang meranjat menggunakan bahan seperti yang digunakan masyarakat Sekayu Namun, mereka tidak memakai cungdiro dan jumlah terasinya lebih banyak.

Cara membuat pindang ikan patin sekayu
Bahan :
  • 500 gram ikan patin.
  • 500 ml air.
Bumbu yang dihaluskan :
  • 6 butir bawang merah.
  • 4 siung bawang putih.
  • 4 buah cabai merah besar.
Bumbu lainnya :
  • 4 cm lengkuas, iris tipis.
  • 2 cm kunyit, iris tipis.
  • 3 cm jahe, iris tipis.
  • 2 batang serai, memarkan.
  • 10 buah cabai rawit, biarkan utuh.
  • 3 buah cungdiro, belah menjadi 4 bagian.
  • 1 mata asam jawa.
  • 2 lembar daun salam
  • 1 sendok makan kecap manis
  • 1 ½ sendok teh garam
  • Terasi , iris
  •  
Cara Membuat Resep Cara Membuat Pindang Ikan Patin:
  1. Cuci ikan patin, lalu potong menjadi 5 bagian. Sisihkan.
  2. Rebus air bersama bumbu halus, lengkuas, kunyit, jahe, dan serai sampai mendidih.
  3. Masukkan ikan patin dan bumbu lainnya, masak di atas api kecil sampai ikan matang dan bumbu meresap. Angkat, sajikan dengan nasi hangat. silahkan

Masyarakat sekayu pun tidak serta merta memakan ikan. Pindang yang awalnya berbahan utama ikan sekarang telah banyak dimodifikasi dengan bahan utama yakni tulang sapi atau yang lebih dikenal dengan pindang tulang. Pindang tulang disini yakni memakai tulang sapi yang masih tersisa dagingnya. Cara pembuatannya pun sama dengan cara pembuatan pindang ikan.  Dengan menambahkan beberapa campuran daun kemangi yang memberikan kesan tersendiri pada rasanya, pindang tulang menjadi makanan favorit masyarakat Sekayu.
Makanan khas daerah adalah makanan yang mencerminkan keadaan alam disekitarnya. Makanan khas daerah pun bisa mendeskripsikan sikap suatu masyarakat di setiap daerha. Namun, ironisnya saat ini banyak masyarakat tidak banyak mengetahui makanan khas daerahnya. Diharapkan kita sebagai generasi muda masyarakat Muba lebih mengetahui makanan khas daerah agar lebih dekat kepada daerah yang telah memberikan banyak anugrah terhadap penghidupan kita selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar